Tuesday, October 3, 2017

Aku dan Malam (Part II)

Aku dan malam.
Kami berdua memiliki keintiman tersendiri.
Setelah pagi, siang, dan sore yang panjang, akhirnya kami bertemu.
Sering kali tidak dalam keadaan yang baik.
Kadang dalam keadaan yang terlalu lelah,
tubuh yang basah dengan keringat,
pikiran yang penuh kecewa dan marah.
Namun, malam selalu setia dengan kelembutan dan ketulusannya.
Bagai pelukan seorang ibu.
Bagai rumah tempat semua insan pulang.
Ia menerimaku apa adanya, tanpa mengeluh.

Kepada malam aku menitipkan mimpi dan doaku.
Bagi diriku sendiri dan bagi orang-orang yang aku cintai.
Berharap malam mengabarkannya kepada semesta
untuk senantiasa mengingatkanku pada mimpi dan doaku,
dan bergerak mewujudkannya.

Kepada malam aku membisikkan lelahku.
Kepada malam aku teriakkan bahagiaku.
Kepada malam aku tunjukkan wajah asliku, tanpa riasan, tanpa persona.
Karena malam membiarkan aku luruh bersama dengan gelapnya yang menenangkan,
tanpa ekspektasi.

Ruang makan #oemahindahipan
Bekasi, 16 September 2017

Saturday, April 15, 2017

Quotes from Akar - Dee Lestari

Kell (from Aristoteles) : Art partly completes what nature cannot bring to a finish. Art carries out Nature's unrealized ends.

Kell : "berhenti mencari, maka kamu akan menemukan".

Guru Liong : Jangan pernah berpuas diri di titik yang sama. Teruslah berputar, berputar, berputar, seperti kipas angin yg tak rusak.

Thursday, January 26, 2017

Semoga Besok Hujan tak Ingkar Janji

Ia duduk di trotoar, di sebelah sepeda tuanya yang menyedihkan.
Ia sendiri tidak lebih baik keadaannya dari si sepeda.
Ia duduk menunggu hujan.
Langit berubah kelabu.
Udara dingin terasa seakan menggigit kulitnya yang keriput.
Ia tersenyum.
Akhirnya, sebentar lagi ia bisa makan.

Sudah cukup lama ia duduk.
Dua jam.
Langit masih sama kelabunya dan udara dingin mulai membuat tubuh tuanya menggigil.
Tapi, yang ditunggu tak kunjung datang.
Hujan belum turun juga.
Ia tidak yakin perutnya bisa menahan lapar lebih lama lagi.

Ia masih duduk di tempat yang sama. Tidak beranjak sedikit pun.
Demikian pula dengan si sepeda tua.
Duduknya sudah tidak tegak lagi. Kepala disandarkan dengan lunglai ke pagar rumah yang entah milik siapa.
Ia sudah menunggu terlalu lama.
"Sepertinya hujan tak turun malam ini" pikirnya.

Dipandanginya si sepeda tua, teman setianya.
Di bagian belakang telah tersusun rapi puluhan benda terbuat dari plastik berwarna-warni dan sebuah papan dengan tulisan,
"JUAL PONCO
Besar Rp. 10.000
Kecil  Rp.    5.000"

Semoga lapar bisa menunggu sampai besok.
Semoga besok hujan tak ingkar janji..

Untuk Bapak Penjual Ponco di pinggir jalan Banjir Kanal Timur.

"Semoga Besok Hujan tak Ingkar Janji"

Kamis, 26 Januari 2017.
23:58